16-11-2012
00.21
WITA
Entah
sudah keberapa kalinya, Fee melihat kearah ponsel hitam flipnya, dia membuka,
menutup, kembali membuka dan menutupnya lagi. mata dan pikirannya benar-benar
merawang, resah dan diam. Helaan nafas panjang tanpa sadar terus ia hembuskan, ia
tahu, ia merindukan seseorang nun jauh disana, melewati lautan, pulau, waktu
dan batas.
“aku
tau, aku tak bisa melakukan apapun”
Terbayang,
masih ada sisa 13 hari lagi yang harus ia lalui di pulau NTT dan NTB untuk
tugas pemerintahannya. Muncul rasa muak dan lelah yang tiba-tiba hadir memenuhi
benaknya, tak pernah ia sadari sebelumnya bahwa sebulan bukanlah waktu yang
singkat untuk meninggalkan seluruh cintanya di kota Jakarta. Kota yang tanpa
sangka saat ini sangat ia rindukan kebisingannya. Terbayang wajah lelaki yang
selama 2 bulan terakhir memenuhi hari dan hati dirinya.
“belum
ada SMS dari Dee”
Pesan
yang masuk di kartu simpatinya dari lelaki yang telah sebulan ini menjadi
kekasihnya terakhir pada pukul 10.41 WIB, mengungkapkan betapa ia merindu. 2
SMS telah Fee kirimkan untuk mengetahui sedang apa dan dimana seseorang yang pada
awalnya ia kenal melalui media sosial itu, tetapi belum ada satu jawabanpun
yang masuk ke ponselnya.
Fee
memutuskan bangkit dari ranjang putihnya dan meninggalkan netbook yang masih
tetap menyala untuk keluar mengambil secangkir kopi di pantry hotel, menyusuri
lorong dan kamar-kamar yang sunyi, semilir angin membelai lembut tubuhnya yang
hanya mengenakan kaus terusan cokelat dan memakai kaus kaki hijau.
Ia
selalu merasa ragu, dan kembali merasa yakin disaat semuanya berjalan lancar
dengan Deon, dan akan terus ragu jika keadaan memburuk, bertengkar dan berakhir
acuh. Meskipun akan kembali baik dengan sejuta rindu untuknya.